Sore itu Jalan Abdul Rahman Saleh masih sepi. Seorang laki-laki duduk santai di samping toko berwarna putih, tepat di kanan perempatan. Dia memakai baju hitam yang terlihat sudah lusuh. Wajahnya terlihat keriput dan berminyak, sebut saja Ompong. laki-laki yang mengaku sebagai calo Pekerja Seks Komersial (PSK) di sekitar Jalan Abdul Rahman Saleh. Dia sudah melakoni pekerjaannya itu selama empat tahun.
“Saya sebenarnya tukang becak, jadi calo cuman sampingan kok,” kata Ompong sambil tersenyum.
Ompong biasanya mangkal sambil duduk di becaknya. Dia juga mengaku tidak memiliki jaringan. Semuanya mencari sendiri, antarcalo hanya saling kenal saja. Namun, tidak ada kerja sama yang terjalin diantara mereka. Malahan antarcalo kadang saling berebut pelanggan. Mereka juga sering beradu argumen untuk mendapatkan pelanggan dengan menawarkan PSK kenalannya masing-masng.
Ompong mengaku tidak mencari-cari pekerjaan ini. Awal mulanya dia hanya nongkrong sambil menunggu pelanggannya. Tiba-tiba datang seorang wanita menawarinya pekerjaan sebagai calo. Wanita ini berjanji akan memberi upah pada Ompong, kalau berhasil melariskan dirinya. “Saya juga tidak menyangka bisa terjun kedalam dunia seperti ini,” ungkapnya sambil menundukan wajahnya.
Sekarang dia sudah mempunyai 12 PSK untuk ditawarkan kepada pelanggan. Dua belas wanita ini didapatnya dari hotel-hotel sekitar Jalan Abdul Rahman Saleh. Kebanyakan dari wanita ini memberi upah pada Ompong Rp.25.000 kalau calo bisa menjual mereka untuk sekali melakukan hubungan seks (short time). Dia bisa mendapat untung lima kali lipat jika bisa menawarkan wanita-wanita ini untuk bermain seharian dengan pelanggannya, maksudnya bukan untuk melakukan hubungan seks saja tapi bermain-main dulu. Ompong membuka harga Rp.120.000 untuk short time dan Rp.600.000 long time. Namun, kebanyakan pelanggannya lebih suka short time. “Jarang saya mendapat pelanggan long time,” jelas ompong.
Ompong tidak mencari-cari pelanggan. Namun, pelanggannya datang langsung padanya. Seperti calo-calo lain, ia hanya mengantar pelanggan ke tempat PSK yang ditawarkannya berada. Kemudia pilihan penuh di tangan pelanggan. Tugas Ompong bukan hanya mengantar tapi mengawasi pelanggan tadi. “Soalnya kadang ada pelanggan yang suka kabur gak bayar,” tuturnya. Jika pelanggan kabur bukan wanitanya yang rugi tapi calonya, Masalahnya wanita yang sudah melayani pelanggan tadi akan meminta ganti rugi kepada Ompong.
Makanya dia selalu lebih selektif dalam memilih pelanggan. Ompong tidak mau melayani pelanggan yang sedang dalam keadaan mabuk. Karena pelanggan ini biasanya ingkar janji, mereka datang kemudian menawar kalau sudah deal kadang tidak mau membayar. “Orang mabuk tidak usah, mending saya tidak dapat uang dari pada rugi,” keluhnya.
Bukan hanya pelanggan saja yang berbohong. PSKnya juga kadang tidak mau memberikan upah padanya. PSK seperti ini biasanya yang mangkal di pinggir jalan. Ompong menjelaskan kalau PSK ada dua tipe, dalam dan luar. PSK dalam adalah wanita yang lebih kalem dan bisa diajak bekerja sama tapi PSK luar (pinggir jalan) sulit diajak bekerja sama. “Kadang sudah janji memberi rokok tapi tidak dikasih,” tuturnya sambil mengkerutkan kening.
Kerja sama yang terjalin dengan wanita hotel juga lebih erat dibandingkan dengan wanita luar. Kalau wanita dalam kadang tidak ada pelanggan-pun mereka masih mau memberikan rokok. Kadang juga membelikan makanan. Dimana-mana kalau ketemu juga mereka mau menyapa. “emang dasar orang hotel grapyak,” kata Ompong
Saat ditanya apakah pernah memakai PSKnya sendiri. Ompong mengaku belum pernah memakai wanitanya tersebut. “Dari pada bayar dipakai main, mending untuk makan,” jawab Ompong singkat. Selain menghambur-hamburkan uang dia teringat anak wanitanya, jadi tidak tega. “Saya punya anak wanita jadi kadang tidak tega,” curhat Ompong.
Ompong juga mengaku kalau anak-anaknya tidak tahu pekerjaan sampinganya ini. Jika anak-anaknya tahu paling mereka tidak mengizinkan. “Saya ingin mencari uang sendiri supaya tidak merepotkan anak-anak,” ungkapnya. Selama ini dia mengaku kepada anak-anaknya kalau dia bekerja sebagai tukang becak. Sebenarnya anak-anaknya juga sudah mengirimkan uang kepada Ompong tapi uang itu cukup buat makan saja.
Istrinya sudah meninggal. Ompong hanya tinggal sendiri di rumah makanya dia mengisi waktu luangnya dengan menarik becak dan menjadi calo PSK. Dia mengaku bingung mau melakukan apa. Setelah istrinya meninggal. Dia sempat merantau di berbagai daerah. “Saya sempat juga ke Jakarta, tapi tidak betah,” tuturnya pelan. Suatu saat Ompong ingin keluar dari pekerjaannya ini. Memang dari segi keuntungan pekerjaan ini menguntungkan tapi Ompong ingin mendapat pekerjaan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar